CILEGON, SSC – Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan anak (UPTD PPA) Kota Cilegon mencatat sejak Januari-Agustus 2024 ada sebanyak 5 anak usia 12 hingga 13 tahun menjadi korban sodomi oleh pihak tak bertanggung jawab.

Kepala UPTD PPA Kota Cilegon, Omah Nurohmah mengatakan, kasus sodomi mengalami peningkatan dibandingkan di 2023 lalu. Di mana, korban sodomi di 2023 mencapai 2 orang sedangkan di 2024 trennya mengalami peningkatan ata tercatat sebanyak 5 orang.

“Iyah benar tahun ini korban sodomi yang dialami oleh anak laki-laki alami tren meningkat. Mayoritas korbanya usia 12-13 tahun. Pelaku sodomi merupakan orang terdekat dari korban atau bahkan keluarga sendiri,” kata Omeh kepada Selasunda.com ditemui di kantornya, Kamis (26/9/2024).

Baca juga  Bawaslu Cilegon Nyatakan Belum Ada Paslon Terlihat Berkampanye di Hari Pertama

Omah menambahkan, anak di bawah umur yang jadi sasaran pelaku dengan usia beragam. Mulai dari yang di bawah umur, remaja, hingga yang lebih tua.

Dari angka tersebut, jumlah kasus kekerasan pada anak itu tertinggi di Kota Cilegon. Laporan tersebut termasuk kekerasan seksual anak, baik lawan jenis atau sesama jenis.

“Pola asuh orang tua yang salah Kemudian minim pengawasan, perhatian, dan deteksi dini dari satuan pendidikan saat ada potensi perilaku menyimpang. Lalu tentu saja bisa dari pengaruh tontonan,” tambah Omah.

Masyarakat juga harus mau menjadi pelopor dalam pengawasan dan kepedulian, serta pelapor. Jika ada kasus kekerasan seksual harus berani untuk melapor, agar tak terjadi kasus berulang.

Baca juga  SK Turun, Rizki Jadi Ketua DPRD Cilegon Definitif, Sokhidin-Masduki Wakil Ketua

“Kemudian anak perlu punya kekuatan mental untuk melindungi dirinya ketika terjadi ancaman kekerasan. Selain itu, harus ada kerjasama dengan kewilayahan untuk hadir saat ada ancaman yang timbul. Saat mendeteksi ada kasus, langsung koordinasi dengan UPTD PPA untuk pemulihan pada anak,” ujarnya.

Menurut Omah, UPTD PPA Kota Cilegon memberikan pendampingan kepada para korban kekerasan seksual anak dan perempuan secara gratis alias tidak bayar.

“kebetulan semuanya gratis. Kami lakukan pendampingan hingga kejaksaan bahkan hingga selesai. Kebetulan kami memiliki 2 orang psikologi, 1 advokat,” pungkasnya. (Ully/Red)