CILEGON, SSC – Perusahaan Daerah (Perumda) Air Minum Cilegon Mandiri menargetkan pada 2024 ini dapat menekan tingkat kebocoran pipa air dibawah 20 persen.
Penjabat Sementara (Pjs) Direktur Perumda Air Minum Cilegon Mandiri, Ihwan Kurniawan mengatakan, pihaknya pada tahun ini tengah konsentrasi pada sejumlah program yang dijalankan. Salah satu diantaranya menekan angka kebocoran pipa air.
Ihwan menyatakan, jika pada Tahun 2023 angka kebocoran pipa Perumda Air Minum Cilegon Mandiri sebesar 20,74 persen. Persentase tersebut sedikit lebih tinggi dari standar nasional 20 persen. Untuk tahun ini, kata Ihwan, pihaknya menargetkan kebocoran air ditekan hingga sebesar 19,78 persen.
“Posisi kita sekarang masih tinggi sedikit 20,74 persen. Maka 2024 ini, target kita di 19,78 persen. Ini yang kita kejar untuk meminimalisir kebocoran,” ujar Ihwan ditemui di kantornya, Selasa (27/2/2024).
Ihwan menerangkan, persentase kebocoran pada tahun lalu meski sedikit melampaui standar nasional, dianggap sudah sangat baik. Karena masih banyak PDAM di daerah lain yang tingkat kebocorannya bisa mencapai 45 persen bahkan hingga 70 persen.
Ia menjelaskan, ada beberapa faktor mengapa kebocoran pipa air terjadi. Faktor itu yakni faktor teknis dan non teknis. Belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya jika tingkat kebocoran diatas 30 persen, hal itu disebabkan adanya kebocoran pipa distribusi. Dimana kebocoran bisa disebabkan kualitas pipa tidak baik, bahan pipa tidak baik dan faktor eksternal karena dampak pekerjaan galian, drainase dan lainnya.
Jika tingkat kebocoran dibawah 20 persen, kata dia, hal itu disebabkan dua faktor. Yaitu kebocoran pipa secara teknis dan kebocoran di instalasi meter.
“Tapi kalau 20 kebawah itu, mix itu. Bisa kebocoran pipa distribusi yang teknis sama kebocoran di instalasi meter. Instalasi meter itu bocor alus, merembes dan segala macam itu,” tuturnya.
Untuk menekan tingkat kebocoran pada tahun ini, lanjutnya, Perumda Air Minum Cilegon Mandiri telah memiliki alat deteksi kebocoran. Alat tersebut dapat mendeteksi pipa yang bocor sehingga cepat ditangani.
“Di kami penanganan kebocorannya, sudah menggunakan alat. Jadi alat itu tampil di monitor, kita segmentasi pipa mana yang bocor. Nah baru penanganan di lapangan, kita ukur dengan detektor kebocoran,” ucapnya.
Ia menyatakan, pihaknya sangat konsen untuk menangani kebocoran karena banyak pengaruhnya. Salah satunya terkait dengan pelayanan kepada pelanggan.
“Kenapa kebocoran ditangani karena dimensi banyak. Pertama pelayanan, kalau bocor potensi pelanggan bisa berkurang. Jadi kebocoran itu terjadi langsung berdampak pada pelanggan. Kerugian ke pelanggan. Semakin lama tidak tertangani, ada air yang terbuang. Yang ketiga citra,” ungkapnya.
Selain terkait penanganan kebocoran, Ihwan menyinggung Perumda Air Minum Cilegon Mandiri pada tahun ini juga tengah mengembangkan sistem transformasi digital di internal. Saat ini, kata dia, pengecekan tagihan dan pembayaran sudah dapat dilakukan secara online. Sebagian besar pelanggan saat ini sudah membayar dengan cara online.
“Dari total pelanggan 21.950 pelanggan per kemarin, ada sekitar 60 persen pembayarannya dengan online, 30 persennya masih offline,” pungkasnya. (Ronald/Red)