Warga diresahkan sungai di Lingkungan Pabuaran, Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dipenuhi busa berwarna putih, Selasa (22/1/2020). Foto Istimewa

CILEGON, SSC – Sungai yang ada di Lingkungan Pabuaran, Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dipenuhi busa berwarna putih yang menutupi seluruh jalur air yang mengalir dari hulu hingga ke hilir sungai. Kejadian ini pun membuat warga sekitar kali resah.

Informasi yang dihimpun Selatsunda.com, air sungai keruh berwarna coklat pekat. Buih busa putih itu menutupi permukaan sungai.
Sementara di bibir sungai juga terdapat material pasir dan kerikil yang terbawa arus sungai. Bau busa juga tercium menyengat dan menyebabkan warga mengalami gatal-gatal pada kulit.

Salah seorang warga Pabuaran, Muhammad Nasrullah mengaku, sungai yang tercemar busa ini baru terjadi pertama kali terjadi di wilayahnya. Ia baru mengetahui kejadian ini pada pukul 05.00 subuh.

“Kejadian ini baru pertama kali terjadi di sini. Bau ya sengit banget mba kaya bau obat gitu. Kalau terkena ke tangan langsung gatal-gatal. Enggak tau darimana asalnya,” katanya, Selasa (19/1/2020).

Dugaaanya, pencemaran sungai karena busa ini bersumber dari sejumlah aktivitas. Meski disekitar terdapat aktivitas pertanian, pertambangan penyedotan pasir dan juga TPSA Bagendung, ia pun enggan menduga-duga busa itu berasal dari aktivitas tersebut.

Baca juga  Animo Pelatihan Kerja di Disnaker Cilegon Tinggi, Kadisnaker Panca: Pendaftar Capai 100 Peserta

“Yah cukup resah aja. Apalagi biasanya sungai ini untuk keperluan warga seperti mencuci dan mandi. Kalau udah begini kondisinya, enggak bisa buat apa-apa. Disitu
ada persawahan sama aktivitas penyedotan pasir. Disana juga ada tempat sampah Bagendung itu, kemungkinan ini resapan air dari sampah terus mengalir kebawa hujan dan bercampur sama limbah air galian pasir yang sengaja dibuang ke sungai,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua RT 01 RW 06 Lingkungan Pabuaran Mad’urip mengungkapkan, pencemaran Sungai Sentul sudah lama terjadi. Salah satu dugaan penyebab karena aktivitas galian pasir di wilayah Bagendung. Akibat itu membuat air sungai terdampak berubah warna menjadi coklat pekat dan membawa material kerikil.

“Di hulu kan ada galian pasir, yang tadinya airnya bersih sekarang malah butek (keruh) dan enggak bisa dipakai buat apapun,” kata Mad’urip saat ditemui di lokasi.

Dijelaskan Mad’urip, akibat pencemaran ini para petani di Lingkungan Pabuaran merasa dirugikan. Pasalnya, air yang biasa digunakan untuk mengairi sawah menjadi kotor karena tercampur material pasir.

Baca juga  Ibadah Jumat Agung di GKI Serang Banten Berjalan Khidmat dan Khusuk

“Yang dirugikan masyakat petani, kalau gini kan ini airnya biasanya dipakai buat pengairan. Karena enggak ada lagi sumber air ya kita terpaksa pakai air ini, ini juga malahan bikin tanah sawah jadi keras karena tadi itu bercampur sama material pasir,” jelasnya.

“Dengan kejadian ini kita mau mengadukan nasib kita ke siapa? dewan sudah. Rapat-rapat di kelurahan sudah, sampai bosan kita juga enggak ada solusi seperti ini,” tambah Mad’urip.

Di tempat yang sama, Tokoh Masyarakat Lingkungan Pabuaran Jamaludin menyatakan, pencemaran akibat galian pasir ini terjadi sejak empat tahun kebelakang. Akibat pencemaran tersebut, kedalaman sungai menjadi berkurang karena tertutup pasir.

“Yang lebih parah itu terjadi sekitar 2 tahun kebelakang. Sungai yang biasanya enggak kering tahun kemarin sampai mau kering, karena kekurangan air ada petani yang hampir adu jotos. Mereka butuh air buat persawahannya, sementara sungai kan jadi dangkal, dan didasarnya itu lumpur pasir bukan lumpur tanah. Lumpur pasirkan sifatnya menyerap air bukan mengalirkan air, ” papar Jamaludin. (Ully/Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini