Walikota Cilegon, Edi Ariadi beserta jajaran melakukan monitoring di check point Gerbang Tol Merak, Kota Cilegon, Sabtu+12/9/2020). Foto Elfrida Ully/Selatsunda.com

CILEGON, SSC – Walikota Cilegon, Edi Ariadi tak menampik masih banyak menemukan kekurangan saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) salah satu pengetatan pengguna jalan di beberapa titik pemeriksaan (Check Point) di Kota Cilegon. Kekurangan itu menyangkut belum maksimalnya kesiapan personel dilapangan baik ketersediaan petugas dan peralatan pemeriksaan kesehatan.

“Masih banyak yang kuranglah. Tenaga dan alat thermo gun hanya ada 1 semestinya ada 2-3 buah. Saya akan intruksikan siapkan kebutuhan di masing-masing post cek point,” kata Walikota kepada Selatsunda.com saat monitoring di posko titik pemeriksaan di Pintu Keluar Cilegon Timur, Sabtu (12/9/2020) sore tadi.

Edi menambahkan, selain kekurangan tersebut, pihaknya juga meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) dan rumah sakit untuk menyiapkan 10-15 alat rapid test di masing-masing post pemeriksaan. Rapid test di setiap pos pemeriksaan untuk mengantisipasi warga luar Cilegon masuk Kota Cilegon dengan memiliki suhu diatas 40 derajat celcius.

Baca juga  Semarakan Natal, Oikumene Kanwil DJP Banten Gelar Bakti Sosial di Lapas Serang

“Misalnya mereka (pendatang) ini masuk ke Cilegon saat di cek suhu tubuh oleh petugas dengan menggunakan temogran berada diatas 40 drajat. Langsung kita rapid di situ juga (pos cek point). Apabila mereka isolasi mandiri milik Cilegon tidak apa-apa. Tapi kalau tidak mau kami minta mereka putar balik ke arah mereka asal,” tambah Edi.

Edi mengatakan, selama penerapan PSBB di Cilegon, pihaknya hanya menutup sebagaian tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa.

“Itu kan PSBB cuma 10 hari, hanya pengurangan jam saja, itu kan enggak mematikan (perekonomian),” pungkasnya.(Ully/Red)