Rombongan Jurnalis Provinsi Banten bersama Kantor Perwakilan (KPw) BI Banten melakukan kunjungan ke Desa Penglipuran yang berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali," Senin (25/9/2023). Foto Dokumentasi BI Banten

BALI, SSC – Pesona wisata di Provinsi Banten tentunya bisa menjadi magnet dan daya tarik bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Banten. Pesona wisata di Banten tentunya harus bisa menjadi magnet tersendiri seperti objek wisata Desa Penglipuran yang berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Penglipuran I Nengah Moneng mengatakan, satu hal yang harus benar-benar dilakukan oleh pemerintah agar pariwisata dapat maju dan berkembang, yakni, adanya komitmen dan  keseriusan dan pemerintah untuk bisa mengembangkan dan memajukan wisata tersebut.

“Langkah terpenting agar pariwasata bisa maju, yakni komitmen. Tanpa ada komitmen, untuk menuju ke langkah selanjutnya tidak ada pentingnya,” kata I Nengah Moneng,” Senin (25/9/2023) kemarin.

Selain komitmen, kehadiran leader atau pemimpin yang memiliki kekuatan justru berdampak luar biasa membuat pariwasata tersebut bisa berkembang pesat.

“Harus ada leader dan tokoh yang strong serta memiliki komitmen yang kuat agar wisata tersebut bisa maju. Sang leader pun tentu harus bisa mengorbankan waktu, pikiran dll untuk mengembangkan pariwasata tersebut,” sambungnya.

Lebih lanjut, ia merinci untuk tingkat kunjungan di Desa Pengelupuran saja, pengunjung yang datang ke Desa Penglipuran mencapai 1.500 orang. Dalam sebulan, pendapatan desa yang berhasil menyabet beberapa penghargaan diantaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada tahun 2017, dan yang terbaru, destinasi ini masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation ini mampu menghasilkan pendapa- tan asli daerah (PAD) hingga Rp 1,2 miliar dari parkir dan tiket masuk.

Lebih lanjut, Moneng mengungkapkan, pihaknya bekerjasama dengan Pemkab Bangli terkait PAD tersebut.

“Jadi ada pembangianya. 60 persen untuk kami, dan 40 perseb untuk PAD Bali,” ungkapnya.

Selain mendapatkan pemasukan dari parkir dan tiket masuk, ia mengaku masyarakat juga mendapatkan uang dari hasil berdagang.

Hampir setiap rumah di Desa Penglipuran berdagang, baik itu hasil bumi, kanan, minuman, serta pakaian dan aksesoris. Tak hanya itu, untuk menghasilkan uang pun, warga juga menggunakan rumahnya sebagai homestay bagi para pengunjung yang ingin menginap di Desa Pengelipuran.

Kata dia, rata-rata masyarakat Desa Penglipuran adalah petani serabutan. Ditetapkannya Desa Penglipuran menjadi desa wisata membawa ke- berkahan bagi masyarakat.

Pendapatan yang masuk ke desa sebanyak 60 persen dari jumlah keseluruhan digunakan untuk kegiatan masyarakat.

“Dibagi-bagi, setiap enam bulan kalau ada upacara adat. Tapi tidak selalu enam bulan, tergan- tung usul masyarakat,” tuturnya.

Hal yang sama menurutnya bisa diterapkan oleh daerah lain, termasuk Banten. Ka- rena itu, dibutuhkan komit- men dari masyarakat dan pemerintah daerah untuk memajukan sektor wisata di Banten ke depan.

Sementara itu, Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, berharap agar destinasi wisata di Banten memiliki daya tarik yang luar biasa seperti yang dimiliki di Bali. Akan tetapi, potensi wisata itu pun harus terus dikembangkan. Potensi tersebut antara lain kawasan pesisir yang menakjubkan, pemandangan pegunungan yang indah, dan masih banyak lagi.

“Banten sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa tidak kalah dengan Bali. Wisata yang ada di Banten pun tentu menjadi magnet untuk para wisatawan agar terus datang ke sini. salah satu objek wisata. Terlebih Banten mempunyai kawasan ekonomi khusus (KEK) yang berada di Tanjung Lesung,” pungkasnya. (Ully/red)